WEPCOM
Jam 2 Dini hari tadi tak sengaja lewat depan rumahnya ( blognya..hehe )ku melihat ada Tenda biru ( beuuu..Desy ratnasari :D )..just kidding, kulihat tulisan2 yg dipost ama sodaraku Iam, yg mengisahkan seorang '' iyeng '' ( hmm..perasaan sy kenal ama nama ini n_n )..turut berduka n turut kesindir juga..ngaku aja,sy jg pernah ngutang ama ni orang..hehe,Alhamdulillah dah lunas meskipun lama y bro bayarnya :D n variatif pula sistem bayarnya pake pulsa pula..hihi
Hmm… Tapi klo dipikir-pikir kan janji itu amanah ya?
“Tidak beriman orang yang tidak memegang amanah dan tidak ada agama orang yang tidak menepati janji” (HR. Ad-Dailami)
Sikap amanah sekarang ini amat langka ditemukan, sangat sulit untuk dicari. Hal ini secara nyata dapat kita lihat di lapangan (di tengah kehidupan masyarakat kini), misalnya adalah angka korupsi di Indonesia yang begitu tinggi. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara lain juga terjadi hal yang sama.
Ah… Tapi kok contohnya terlalu muluk ya? Ok deh, kayaknya kita sering ya ngucapin janji ke teman kita, “Ya udah, besok saya bawa deh!” Tapi nyatanya, entah karena memang lupa, atau memang berniat untuk melupakannya, kita tidak menepatinya. Dengan entengnya kita menjawab, “Duh, maap nih, lupa… Besok deh ya!”
Mungkin memang teman kita itu memakluminya walau terasa berat dan kecewa. Tapi, ternyata di atas sana ada Yang Maha Pemberi Perhitungan.
“Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 34)
Hmm… Belum lagi kalau kita berjanji kepada Allah. Masih inget kan ketika kaum Yahudi mendustakan janji yang telah diucapkannya kepada Allah? Itulah yang harusnya jadi pembeda antara mereka dengan kaum kita! Erat kaitannya dengan hal tersebut, Islam sudah mengajarkan dengan melatih pemeluknya dengan rutin agar menunaikan shalat tepat pada waktunya. Bukankah itu aplikasi nyata bahwa umat Islam seharusnya menjadi orang yang paling memegang janji, janji kepada Allah, karena diajarkan untuk selalu shalat tepat pada waktunya? Jika kita tidak mampu untuk memenuhi janji karena sesuatu hal yang bisa dipahami maka beritahukanlah. Maka mulai sekarang berjanjilah akan memenuhi janji!
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji…” (QS. An-Nahl: 91)
Memenuhi janji untuk membayar hutang termasuk hak-hak yang paling kuat di sisi Allah swt. Agama Islam telah memotong angan-angan mereka yang sering berhutang karena tergiur kenikmatan duniawi, dan akhirnya menunda-nunda membayar hutangnya. Islam memandang haram hukumnya berhutang kecuali karena adanya alasan yang sangat mendesak. Berhutang untuk suatu keperluan di mana pelakunya masih memungkinkan untuk menghindar dari berhutang adalah termasuk jebakan yang menakutkan. Bahkan diriwayatkan bahwa perilaku tsb termasuk dosa yang kelak akan diminta qishos (balasan / pertanggungan) pada hari Kiamat. Rasulullah saw menegaskan : “Sesungguhnya hutang itu jika pemiliknya meninggal dunia kelak akan diminta pertanggungan (diqishos) pada hari kiamat. Kecuali orang yang berhutang karena tiga hal :
1) Seseorang yang lemah kekuatannya dalam sabilillah (jalan Allah) kemudian berhutang agar ia dapat menghimpun kekuatannya melawan musuhnya dan musuh Allah.
2) Seseorang yang di sampingnya terdapat seorang muslim yang meninggal dunia kemudian tidak menemukan sesuatu untuk mengkafani atau menutupinya kecuali dengan berhutang.
3) Dan seseorang yang mengkhawatirkan dirinya jika membujang, kemudian dia menikah untuk menyelamatkan agamanya. Maka Allah akan membayar hutang mereka kelak pada hari Kiamat”, (HR Ibnu Majah). Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw bersabda: “Allah kelak akan memanggil orang yang memiliki hutang pada hari Kiamat, hingga Ia menahannya di hadapan-Nya, lalu dikatakan untuknya : wahai bani Adam , dalam urusan apa kamu menghutang ?, dan dalam urusan apa kamu telah menyia-nyiakan hak-hak manusia ?, hamba tadi kemudian menjawab : Wahai Tuhan ! Engkau mengetahui bahwa aku telah mengambil hutang itu, dan aku tidak memakannya, tidak minum dengannya, juga tidak menyia-nyiakannya , akan tetapi aku tertimpa kebakaran, pencurian, atau ia hanya barang titipan !. Allah lalu mengatakan : benar hambaku ini, Aku adalah yang paling berhak membayarnya untuk kamu. Maka Allah mengambil sesuatu lalu meletakannya di atas timbangannya, kebaikannya lalu mengalahkan keburukannya. Ia kemudian masuk ke dalam syurga berkat keutamaan Rahmat-Nya”. (HR Imam Ahmad).
Apapun alasannya " Minumnya tetep teh Botol ( tetttt...sensor ) "hehe.... Yang penting antum dah ada niat untuk menolong orang2, ana yakin Allah akan mengganti dengan yg lebiiihhhhhhh baik Bro..Amiinn...
Dari Abu Hurairah RA., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang Mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan (kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat " (HR.Muslim)
So masih boleh minjem g nich bro ?hihi
0 komentar:
Posting Komentar